Jakarta — PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) melaporkan kinerja keuangan tahun 2024 dengan penurunan pendapatan signifikan akibat perubahan strategi bisnis yang fokus pada proyek jangka pendek. Namun, di tengah penurunan laba, perusahaan tetap menunjukkan pertumbuhan aset dan ekuitas yang mencerminkan kestabilan fundamentalnya.
Direktur Utama SMKM, Budi Aris P, menyampaikan bahwa hingga akhir Desember 2024, perusahaan membukukan penjualan bersih sebesar Rp85,29 miliar, turun cukup tajam dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya yang mencapai Rp130,02 miliar.
“Penurunan pendapatan ini merupakan dampak langsung dari strategi kami yang lebih cocok dalam memilih proyek, dengan fokus pada pekerjaan yang berdurasi pendek dan memiliki turnover yang cepat,” ujar Budi dalam paparan Public Expose yang digelar di Jakarta, Selasa (24/06),
Meskipun terjadi penurunan pendapatan, SMKM berhasil menekan beban usaha menjadi Rp72,79 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp107,02 miliar. Strategi efisiensi biaya ini dilakukan untuk menjaga arus kas dan mengurangi paparan risiko operasional.
Namun, langkah ini juga berdampak pada laba usaha yang menurun menjadi Rp12,50 miliar, dari sebelumnya Rp23 miliar pada tahun 2023. Penurunan terus berlanjut hingga laba bersih, yang turun drastis menjadi Rp2,47 miliar dari Rp9,99 miliar.
“Memang ada konsekuensi dari strategi ini, yakni berkurangnya margin keuntungan karena volume proyek yang lebih kecil. Namun kami menilai pendekatan ini lebih aman dan adaptif terhadap kondisi pasar yang penuh di sekitarnya,” kata Budi.
Meski pendapatan menurun, kondisi neraca perusahaan tetap menunjukkan perbaikan. Total aset SMKM meningkat menjadi Rp210,96 miliar, naik dari Rp207,69 miliar di tahun sebelumnya. Peningkatan ini sebagian besar berasal dari investasi pada alat kerja dan sarana pendukung proyek.
Sementara itu, liabilitas naik menjadi Rp4,86 miliar dari Rp3,43 miliar, terutama disebabkan oleh meningkatnya kewajiban jangka pendek terkait pengadaan alat dan pelaksanaan proyek. Di sisi lain, ekuitas perusahaan juga mengalami pertumbuhan, mencapai Rp206,10 miliar dari Rp204,25 miliar pada tahun 2023.
“Ini mencerminkan bahwa struktur permodalan kami tetap sehat, bahkan saat keuntungan menurun. Ekuitas yang menguat menunjukkan kapasitas kami dalam menahan biaya dan menjaga kesinambungan usaha,” tambahnya.
Seiring dengan hasil kinerja tersebut, manajemen SMKM mempertimbangkan tidak membagikan dividen tahun ini. Laba bersih akan dialokasikan sepenuhnya untuk memperkuat modal kerja dan investasi jangka panjang, termasuk ekspansi ke sektor baru.
Keputusan ini akan dibahas lebih lanjut dalam RUPS Tahunan 2025, yang diselenggarakan berlangsung pada kuartal pertama tahun depan.
SMKM terus mengeksplorasi peluang strategi di sektor-sektor. Jika pada tahun 2023 pendapatan besar berasal dari proyek pembangunan gudang, pabrik, dan perumahan, maka pada tahun 2024 dan ke depan, perusahaan memfokuskan perhatiannya pada sektor konstruksi yang mendukung ketahanan pangan nasional.
“Melalui pembangunan fasilitas pertanian dan perikanan, kami ingin mengambil peran dalam agenda pembangunan nasional yang lebih luas. Ini termasuk pembangunan gudang penyimpanan hasil tani dan pusat budidaya perikanan yang terintegrasi,” jelas Budi
Untuk mendukung transformasi ini, SMKM meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan mulai menerapkan teknologi konstruksi modern. Pelatihan teknis dan efisiensi operasional menjadi fokus utama agar perusahaan siap menghadapi proyek-proyek dengan standar industri yang lebih tinggi.
SMKM juga aktif mengikuti proses tender proyek-proyek infrastruktur nasional, khususnya yang terkait sektor pangan dan energi berkelanjutan. Kolaborasi dengan lembaga pemerintah dan mitra swasta kini menjadi bagian dari strategi pertumbuhan jangka panjang.
Melalui langkah-langkah rekonstruksi dan diversifikasi usaha, SMKM menilai bahwa fondasi perusahaan kini lebih siap menghadapi tantangan 2025. Fokus pada efisiensi, mutu, dan manajemen waktu pengerjaan proyek yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing di industri konstruksi nasional.
“Penurunan kinerja keuangan tahun 2024 kami anggap sebagai dampak wajar dari strategi penyesuaian. Namun, dari sisi operasional dan struktur keuangan, kami semakin kuat. Ini menjadi pijakan penting bagi ekspansi jangka panjang kami ke strategi sektor-sektor,” tutup Budi.